JAKARTA – “Di samping kita bekerja secara profesional, keluarga adalah energi bagi saya untuk bekerja. Jika nafkah yang kita peroleh dari hasil yang tidak baik, sama saja kita memberikan makanan kepada anak-anak kita makanan yang sudah bau, busuk dan berulat. Karena itu, arti keluarga bagi saya adalah di atas segala-galanya”.
Demikian ungkapan Direktur Pengolahan Pertamina, Rachmad Hardadi dalam kesempatan Up Close and Personal dengan para pekerja Kantor Pusat Pertamina, di Executive Lounge Kantor Pusat Pertamina, Jumat (19/2).
Acara yang digagas oleh Fungsi Culture & Transformation Management HR Pertamina ini dikemas dalam suasana santai sambil menikmati sarapan pagi bersama. Para pekerja adalah perwakilan dari berbagai fungsi untuk mengenal lebih dekat sosok Rachmad Hardadi secara personal maupun profesional.
Sebagai seorang pemimpin yang bertanggung jawab penuh terhadap tugas yang diembannya, Rachmad Hardadi menganggap kehadiran keluarga adalah segala-galanya dan menjadi motivasinya untuk bekerja dengan penuh cinta. “Jika dalam kehidupan kita itu penuh dengan cinta, maka apa yang kita kerjakan itu tidak ada yang dengan terpaksa,” ungkapnya.
Di sela acara Up Close and Personal tersebut, Rachmad Hardadi dikejutkan oleh kehadiran sang istri, Dhanik, yang membawakan cake dan cemilan kegemaran sang suami, yaitu singkong dan sukun goreng. Hardadi bercerita kebiasaan unik dalam keluarganya, yaitu di saat dirinya akan berangkat kerja dan pulang bekerja, sang istri beserta tiga anaknya menyambut kedatangan dan kepergian sang bapak.
“Kebiasaan ini menjaga saya untuk tidak tergelincir dari segala godaan. Karena setiap saya berangkat saya selalu terbayang wajah anak-anak. Jika saya berbuat hal yang tidak baik, seolah-olah anak-anak selalu mengawasi saya. Karena saya bekerja demi keluarga, yaitu istri dan anak-anak saya,” papar Rachmad.
Sosok yang dibesarkan dari keluarga yang sangat mengutamakan pendidikan inilah yang menjadikan Rachmad Hardadi selalu menjadi bintang pelajar di sekolahnya. Lulusan Sarjana Teknik Kimia dari Institut Teknologi Bandung (1985) ini mengantarkan dirinya ke puncak karier sebagai Direktur Pengolahan Pertamina.
“Seorang leader itu harus memimpin, mengayomi, dan mengambil tanggung jawab. Saya hanya ingin bekerja tuntas, bekerja dengan amanah. Karena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Tujuan saya hanya satu, kapanpun saya dipanggil oleh sang Khaliq, saya ingin dalam kondisi khusnul khatimah,” lanjutnya.
Rachmad Hardadi juga mengutarakan pesannya bahwa seorang pemimpin itu makin tinggi jabatan maka makin berat tanggung jawabnya. Jika menginginkan korporasi ini maju, maka sikap pemimpin itu tidak boleh menjadi orang yang pertama kali dilayani, tetapi pemimpin meyakinkan seluruhnya terselesaikan dengan baik. Jika ada risiko, seorang pemimpin tidak boleh menghindar, tapi menjadi orang yang pertama mengambil alih risikonya.
“Di saat ekonomi sulit, kita harus bisa membuktikan siapa diri kita. Kalau kita tidak memiliki spirit, lantas siapa yang melakukan itu semua? Jika kita ingin menjadi lokomotif di Republik Indonesia, maka seluruh warga korporasi ini harus betul-betul mencintainya dengan memberikan yang terbaik,” pesannya di penghujung pertemuan.•IRLI