JAKARTA – Peranan gas dalam memenuhi energi di Indonesia ke depannya semakin strategis sehingga Indonesian Gas Society (IGS) sebagai wadah para pelaku industri gas untuk bersatu dalam mendorong percepatan penggunaan energi gas dengan mengembangkan konsep bisnis gas terintegrasi mulai dari tiga sektor, yakni upstream, midstream dan downstream.
“Kita melihat keberadaan industri gas nasional tidak bisa terlepas dari kondisi energi nasional. Sehingga dibutuhkan sinergi agar kita mendapatkan arah yang tepat, lebih cepat dan efektif untuk dapat memenuhi kebutuhan energi nasional,” ungkap Sekjen IGS, Daniel Syahputra Purba, dalam Forum IGS, di Jakarta, (26/8).
Daniel yang juga menjabat Vice Presiden Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina mengatakan, sudah sepatutnya Pemerintah segera membentuk agregator gas nasional demi meningkatkan sektor industri nasional yang diyakini akan memberikan banyak dampak positif.
“Dorongan untuk merealisasikan agregator gas nasional sebenarnya bukan untuk mendukung bisnis perusahaan a, b, ataupun c. Tapi tujuan yang paling penting adalah bagaimana sumber energi gas bisa maksimal agar industri bisa terus berkembang dan manfaatnya bisa langsung dirasakan masyarakat,” kata Daniel.
Untuk mendukung pengembangan gas, Direktur Utama PT Pertamina Hulu Energi, Gunung Sardjono Hadi mengatakan pihaknya terfokus kepada lima hal. Pertama, lapangan-lapangan existing dan under developing. “Untuk yang existing karena sudah ada infrastruktur, melakukan percepatan pengembangan yang tadinya membutuhkan waktu lima tahun akan dipercepat menjadi tiga tahun,” jelas Gunung.
Sementara itu, untuk yang under developing adalah project yang sudah ditemukan cadangannya akan dipercepat juga. Kedua, melakukan portofolio tidak hanya akuisisi saja tapi juga divestasi.Ketiga, menggalakkan kegiatan eksplorasi untuk mendapatkan tambahan cadangan untuk me-replace yang produksi. Keempat, bermitra dengan siapapun untuk menyediakan infrastruktur seperti LNG dan regasification karena jika infrastruktur tidak tersedia maka jika PHE memiliki cadangan yang besar maka tidak bisa termonetisasi. Kelima, melakukan sinergi antar anak perusahaan Pertamina, seperti dengan Pertagas.
“Dengan melakukan 5 strategi tersebut, maka kita bisa meningkatkan produksi yang tidak hanya produksi gas saja tapi juga bisa dimonetisasi dan kita berpikir end to end dengan harga komersial,” ucap Gunung.
Sedangkan Direktur Komersial dan Pengembangan Bisnis Pertagas, Ahmad Kudus menyampaikan bagaimana peran agregator dalam optimalisasi pemanfatan gas bumi domestik dan pembangunan infrastruktur gas untuk kebutuhan masyarakat dan industri.
Kegiatan ini dinilai penting karena bertujuan untuk mengevaluasi strategi, isu dan tantangan yang berkaitan penyediaan gas bumi untuk industri yang berkelanjutan dengan memperhatikan pembangunan infrastruktur, suplai dan harga yang terjangkau melalui agregator. Forum IGS dihadiri oleh para pelaku industri Indonesia antara lain produsen gas, pembeli, penyalur, pemakai, penyedia teknologi dan konsultan.•IRLI